Laman

Selasa, 29 Maret 2011

INDUSTRIALISASI

INDUSTRIALISASI

1. Pendahuluan
Sejarah ekonomi dunia menunjukkan bahwa industrialisasi merupakan suatu proses interaksi antara pengembangan teknologi,inovasi,spesialisasi produksi, dan perdagangan antarnegara yang pada akhirnya sejarah dengan meningkatnya pendapatan masyarakat mendorong perubahan struktur ekonomi di banyak Negara dari yang berbasis pertanian menjadi industry.pengalaman hampir semua Negara menunjukkan bahwa indusrialisasi sangat penting karena menjamin pertumbuhan ekonomi jangka panjang.Fakta di banyak Negara menunjukkan bahwa tidak ada perekonomian yang betumpu pada sector-sektor primer mampu mencapai PN per kapita diatas U$$ 500 selama jangka panjang.Rute industrialisasi telah menunujukkan bukti-bukti keberhasilan bagi Negara yang sekarang disebut dengan Negara industry maju.Keberhasilan ini telah banyak berkembang,seperti Indonesia yang telah berhasil mendapatkan kemerdekaan di perang dunia II sehingga mencoba menerapkan model pembangunan yang telah berhasil di Negara-negara industry maju.

2. pembahasan
 Faktor-faktor pendorong industrialisasi
a. Kondisi dan struktur awal ekonomi dalam negeri
Negara yang pada awalnya pembangunan ekonomi memiliki dasar/primer/hulu seperti semen dan baja serta memiliki industry barang modal.Negara ini akan mampu atau kuat dalam mengalami proses indstrialisasi yang pesat dibandingkan dengan Negara yang yang hanya memilki indusri hilir,karena apabila industry hulu dan tengah sudah kuat akan lebih mudah untuk negra tersebut untuk membangun industry hilir.





b. Besarnya pasar dalam negeri
Besar pasar dalam negeri ini ditentukan oleh jumlah penduduk dengan tingkat PN per kapita.Besar pasar dalam negeri seperti Indonesia merupakan salah satu factor perangsang bagi pertumbuhan kegiatan ekonomi.Pasar yang besar dapat menjaminin skala ekonomis dan efisiensi dalam proses produksi.Jika pasar domestic kecil maka untuk mencapai produksi optimal Negara melakukan ekspor.

c. Cirri industrialisasi/cara pelaksanaan industrialisasi
 Tahapan implementtasi
 Jenis industry yang diunggulkan
 Pola pembangunan sector industry
 Insentif yang diberikan termsasuk kepada investor

d. Keberadaan Sumber Daya Alam
Negara yang kaya akan SDA laju pertumbuhan ekonominya lebih rendah dan terlambat melakukan industrialisasi dibandingkan dengan Negara miskin SDA.

e. Kebijakan atau strategi pemerintah yang diterapkan
Pola industrialisasi di Negara yang menerapkan kebijakan substitusi impor dan kebijakan perdagangan luar negeri yang protektif. Jadi seperti Indonesia selama pemerintahan orde baru hingga krisis terjadi berbeda di Negara yang menerapkan kebijakan promosi ekspor dalam mendukung industrinya.





 Perkembangan sektor industry manufaktur nasional
Industry primer atau hulu mengelolah output dari sector pertambangan menjadi bahan baku siap pakai untuk kebutuhan proses produksi pada tahap selanjutnya dan industry sekunder atau industry manufaktur yang terdiri dari industeri tengah yang membuat barang-barang modal,serta indusrti hilir yang membuat barang keperluan rumah tangga.Tingkat pembangunan sector industry tidak hanya diukur dari pertumbuhan outputnya dalam pembentukan PDB dan kontribusinya terhadap nilai ekspor.Perhatian lebih banyak diberikan kepada industry manufaktur.

 Pertumbuhan output
Melesatnya pertumbuhan ekonomi di negara ekonomi baru, baik di kawasan Asia maupun Amerika Latin, memunculkan masalah baru.

Meningkatnya inflasi sebagai risiko yang harus ditanggung dalam menggenjot pertumbuhan dinilai dapat memicu perekonomian cepat panas.Indonesia bersama China, India, dan Singapura memunyai potensi besar mengalami overheating.Indikasi tersebut terlihat dari meningkatnya inflasi di sejumlah emerging market dalam beberapa waktubelakangan.

Inflasi di emerging country lebih tinggi dibandingkan inflasi di negara-negaramaju.Namun, menganggap overheating belum menjadi prioritas utama institusinya karena BI terus menjaga inflasi inti berada di bawah lima persen. Data terbaru menunjukkan infl asi inti di Indonesia terakhir berada pada level 4,36 persen.

Menurut Hartadi, selama ini infl asi inti menjadi indikator utama dari lebarnya output gap. Padahal, output gap menjadi faktor penting yangmemengaruhioverheating.

Dia menambahkan overheating akan muncul jika output gap mengecil dan permintaan meningkat, sedangkan suplai terbatas. “Dalam memerangi tandatanda pengecilan output gap, kita jangan menekanpermintaan(demand).

Tapi, suplai yang ditambah. Jadi, jangan sampai salah kebijakan Tidak Merugikan Sementara itu, dampak masuknya arus dana asing (capitalinflow) tidak merugikan perekonomian dalam negeri.

sebagian arus modal asing yang ke Indonesia dapat diarahkan ke dalam investasi jangka panjang. “Kembalinya arus dana asing ke Asia seharusnya menjadi peluang bagi negara-negara di Asia untuk mendapatkan investasi dan mendanai pembangunannya derasnya arus dana asing pada tahun ini akan menciptakan sejumlah tantangan bagi bank sentral, termasuk mengelola risiko yang bakal muncul.

Proses pemulihan ekonomi global saat ini diwarnai perbedaan cukup tajam antara negara ekonomi baru (emerging market) dan negara maju. Sejak krisis finansial global muncul pada 2008, sejumlah negaranegara berkembang berhasil mencatatkan pertumbuhan lebih cepatdibandingkannegaramaju.

Akibatnya, banyak arus modal dari negara-negara maju mengalir ke negara ekonomi baru, termasuk ke Indonesia. Data terbaru dari Institute for International Finance (IIF) menyebutkan arus modal asing yang masuk ke negara ekonomi baru tahun ini masih tinggi, meskipun cenderung menurun. Nilainya diperkirakan mencapai 800 miliardollarASpada2011.




 Pendalaman sruktur industry
Berbagai macam jenis barang menurut sifat atau penggunaannya. Barangmodal
Sesuaitahapan yang ada dalam pelita, sektor industri juga mengalami
penargetan dan pencapaian sasaran,
seperti ini :
o (1 April 1969–31 Maret1974) sektor pertanian dan industry dititikberatkan pada industri yang mendukung sektor pertanian.
o (1 April 1974–31 Maret1979) sektor pertanian dan industry dititikberatkan pada industri yang
mengolah bahan mentah menjadi bahan baku.
o (1 April 1979–31 Maret 1984) sektor pertanian dan industry dititikberatkan pada pengolahan bahan baku menjadi barang jadi.
o (1 April 1984–31 Maret 1989) sektor pertanian dan industry dititikberatkan pada industri yang menghasilkan mesin-mesin industri baik
untuk industri berat maupun ringan.
o (1 April 1989–31 Maret 1994) sektor pertanian dan industry diprogramkan untuk dapat menghasilkan barang ekspor industri yang menyerap banyak tenaga kerja, industri yang mampu mengolah hasil
pertanian dan swasembada pangan dan industri yang dapat menghasilkan barang-barang industry.
o (1 April 1994–31 Maret 1998) sektor pertanian dan industry dititikberatkan pada pembangunan industri nasional yang mengarah pada penguatan dan pendalaman struktur industri didukung kemampuan
teknologi yang makin meningkat. Dengan penargetan dan pencapaian hasil teknologi yang dimaksudkan, Indonesia tumbuh menjadi kawasan industri di berbagai tempat. Lahan-lahan pertanian banyak berubah menjadi kawasan industri, baik oleh pemodal asing (PMA) maupun pemodal dalam negeri (PMDN). Mental pejabat Orde Baru yang korup menambah parah dampak industrialisasi di Indonesia. Banyak industri yang tidak mempunyai atau tidak lolos dalam penyampaian analisis dampak lingkungan (AMDAL), tetapi karena mampu menyuap pejabat berwenang yang mengeluarkan izin pendirian kawasan industri, akhirnya mampu membangun industri tersebut. Jika semua unsur pendirian industry yang mengarah pada ramah lingkungan itu terpenuhi, tentu dampak negatifnya dapat ditekan seminimal mungkin. Dengan demikian, kelestarian lingkungan
hidup akan dapat selalu dijaga.



 Tingkat Teknology dari Produk-produk Manufaktur
Membandingkan suatu teknologi Negara dari produksi yang berbeda-beda industry manufaktur dibedakan menjadi tiga macam yaitu :
 industri teknologi tinggi : seperti alat-alat perkantoran
 industri teknologi menengah : produk dari plastic dan karet/produk sederhana.
 Industri teknologi rendah :kertas, percetakan tekstil dll.


Dengan pendekatan ini memberikan informasi fakta terhadap derajat teknologi Indonesia dibandingkan dengan Negara lain.Produksi manufaktur Indonesia masih tergolong teknologi rendah.Teknologi tingkat rendah yang sangat menonjol 47% di Indonesia yaitu seperti tekstil,pakaian jadi,,industri kertas,kayu.Sekitar % industri manufaaktur tingkat menengah 25% industri plastic,semen,karet.Sisanya 28% industri teknologi tinggi termasuk kimia,elektronik dan kendaraan bermotor.



 Ekspor
Kegiatan ekspor juga dapat untuk mengukur derajat pembangunan suatu Negara dari industri manufaktur.
Ekspor dapat melakukan laju pertumbuhan produk ataupun dengan pasar negra tujuan.Industri manufaktur suatu Negara dapat dikatakan maju apabila manufakturnya rata-rata per tahun tinggidan tingkat diversifikasi pasar juga tinggi serta pasar dengan Negara tujuan.Karena,Negara ini menandakan bahwa daya saing produknya tinggi sehingga dapat masuk ke pasar-pasar di banyak Negara.



 Ketergantungan pada impor
Ketergantungan industri dalam negeri terhadap barang-barang modal impor sampai sekarang masih tinggi karena industri barang modal dalam negeri belum berkembang seiring peningkatan kebutuhan.
dalam kurun tiga tahun terakhir impor barang modal rata-rata tumbuh 32,25 persenpertahun.Tahun 2009 impor barang modal mencapai 18,31 miliar dolarAS.Tahun 2010, Kementerian Perdagangan mencatat impor barang modal mencapai US$ 26,9 miliar atau naik lebih dari 31,69 persen dari tahun sebelumnya.

Sementara itu, pertumbuhan industri barang modal berupa alat angkut, mesin dan peralatan,minus 2,87 persen dan sebesar 10,35 persen pada 2010. permasalahan utama dalam pengembangan industri penghasil barang modal antara lain keterbatasan kemampuan desain dan rekayasa, ketergantungan pada komponen impor, infrastruktur pendukung yang belum memadai, serta kurangnya insentif fiscal dan kredit perbankan.
pemerintah berusaha mengatasi kendala dan mendorong pertumbuhan industri barang modal seperti permesinan dan perkapalan dengan memberikan sejumlah fasilitas.
Jika swasembada pangan sulit terwujud karena program peningkatan
produksi pangan tidak dilaksanakan dengan konsisten, pemerintah akan terlihat konyol.Dengan terwujudnya swasembada pangan, Indonesia akan mampu beradaptasi saat terjadi gejolak harga pangan. Agar semua komponen masyarakat terdorong bekerja keras, impor bahan pangan harus dikurangi secara bertahap, dan memberdayakan sumber daya lokal. Untuk menjaga ketahanan pangan, pemerintah belum memenuhi empat aspek. Meliputi ketersediaan pangan, stabilitas ketersediaan atau pasokan pangan, keterjangkauan harga pangan, dan aspek konsumsi pangan.Indikasi rapuhnya ketahanan pangan nasional terlihat dari impor gandum yang mencapai 6,6 juta ton per tahun atau 100 persen dari total kebutuhan dalam negeri. Impor beras 2 juta ton per tahun, setara 25 persen dari kebutuhan dalam negeri. Impor jagung 1 juta ton per tahun atau 62 persen dari total kebutuhan dalam negeri. Impor gula 1,6 juta ton per tahun, impor kedelai 1,1 juta ton per tahun, impor daging sapi 600.000 ekor per tahun, dan impor garam sekitar 40 persen dari kebutuhan dalam negeri.







 permasalahan teknologi dan SDM
Terpuruknya daya saing tersebut merupakan akibat dari berbagai faktor. Menurut Pada tataran makro, terdapat 3 (tiga) faktor, yaitu:
 tidak kondusifnya kondisi ekonomi makro
 buruknya kualitas kelembagaan publik dalam menjalankan fungsinya sebagai fasilitator dan pusat pelayanan
 lemahnya kebijakan pengembangan teknologi dalam memfasilitasi
kebutuhan peningkatan produktivitas.

Sementara itu, pada tataran mikro atau tataran bisnis
 rendahnya efisiensi usaha pada tingkat operasionalisasi perusahaan
 lemahnya iklim persaingan usaha.

rendahnya kondisi daya saing Indonesia, disebabkan oleh buruknya kinerja perekonomian nasional dalam 4 (empat) hal pokok, yaitu:
 buruknya kinerja perekonomian nasional yang tercermin dalam kinerjanya di perdagangan internasional, investasi, ketenagakerjaan, dan stabilitas harga,
 buruknya efisiensi kelembagaan pemerintahan dalam mengembangkan kebijakan pengelolaan keuangan negara dan kebijakan fiskal, pengembangan berbagai peraturan dan perundangan untuk iklim usaha kondusif, lemahnya koordinasi akibat kerangka institusi publik yang masih banyak tumpang tindih, dan kompleksitas struktur sosialnya,
 lemahnya efisiensi usaha dalam mendorong peningkatan produksi dan inovasi secara bertanggung jawab yang tercermin dari tingkat produktivitasnya yang rendah, pasar tenaga kerja yang belum optimal, akses ke sumberdaya keuangan yang masih rendah, serta praktik dan nilai manajerial yang relatif belum professional.
 keterbatasan di dalam infrastruktur, baik infrastruktur fisik, teknologi, dan infrastruktur dasar yang berkaitan dengan kebutuhan masyarakat akan pendidikan dan kesehatan.



 Masalah-masalah struktual dan organisasi
Basis ekspor dan pasarnya yang tinggi
 Indonesia memiliki banyak SDA dan indusrti tekstil yang berlimpah merupakan factor utama keunggulan namun,produk dan pasar ekspor Indonesia sangat sangat terkonsentrasi.
 Ketergantungan impor yang sangat tinggi
Sejak tahun 1990 Indonesia sudah menarik banyak investor asing di industri berteknologi.Tetapi kebanyakan industri tersebut bukan merupakan proses manufaktur.Tahun 1997 impor bahan baku industri kimia dan industri mesin.Industri padat karya sangat bergantung pada impor bahan baku karena tidak adanya suplai dari dalam negeri serta lemahnya industri dalam negeri yang tidak di dukung oleh industri-industri lainnya.Walaupun pertumbuhan PMA manufaktur industri di Indonesia sangat pesat tetapi masih sangat bergantung pada impor bahan baku dari Negara lain.
 Tidak adanya industri menengah
Konrtibusi industri-industri berteknologi menengah terhadap pembangunan sector industri manufaktur menurun.hal ini juga dialami oleh sector industri produk-produk padat karya.Sementara itu produk teknologi rendah tumbuh pesat disebabkan pertumbuhan padat modal yang tumbuh pesat seperti kayu,kertas,makanan.
 Konsentrasi regional
Industri besar dan menengah berkonsentrasi di pulau jawa dan jabodetabek.Meskipun pemerrintah telah memberikan berbagai macam intensif kegiatan produksi manufaktur tetap dipusatkan di pulau Jawa.hal ini disebabkan karena pulau Jawa mengalami peningkatan produksi yang di dukung oleh pemasok pasar yang besar dan berkembang pesat sehonggan menghasilkan pendapatan per kapita dan populasinya menunjukkan infrasruktur yang baik.


 Strategi pembangunan sektor industri
strategi pembangunan industri di masa depan adalah membangun daya saing industri manufaktur yang berkelanjutan di pasar internasional. Untuk itu, strategi pembangunan industri manufaktur ke depan dengan memperhatikan kecenderungan pemikiran terbaru yang berkembang saat ini, adalah melalui pendekatan klaster dalam rangka membangun daya saing industri yang kolektif. Industri manufaktur masa depan adalah industri-industri yang mempunyai daya saing tinggi, yang didasarkan tidak hanya kepada besarnya potensi Indonesia, seperti luas bentang wilayah, besarnya jumlah penduduk serta ketersediaan sumber daya alam, tetapi juga berdasarkan kemampuan atau daya kreasi dan keterampilan serta profesionalisme sumber daya manusia Indonesia.Pembangunan industri tersebut diarahkan pada penguatan daya saing, pendalaman rantai pengolahan di dalam negeri serta dengan mendorong tumbuhnya pola jejaring (networking) industri dalam format klaster yang sesuai baik pada kelompok industri prioritas masa depan, yaitu: industri agro, industri alat angkut, industri telematika, maupun penguatan basis industri manufaktur, serta industri kecil-menengah tertentu.




sektor industri mengemban misi 2004-2009 sebagai berikut:
 Meningkatkan penyerapan tenaga kerja industri
 Meningkatkan ekspor Indonesia dan pember-dayaan pasar dalam negeri
 Memberikan sumbangan pertumbuhan yang berarti bagi perekonomian
 Mendukung perkembangan sektor infrastruktur
 Meningkatkan kemampuan Teknologi
 Meningkatkan pendalaman struktur industri dan diversifikasi produk
 Meningkatkan penyebaran industri.



 Kebijakan industri pasca krisis ekonomi
negara yang paling rentan terhadap dampak krisis adalah negara yang fundamental ekonomi domestiknya tidak kuat.Lemahnya fundamental ekonomi sebuah negara salah satunya dapat disebabkan oleh kebijakan yang tidak tepat. Salah satunya berkaitan dengan posisi bank sentral yang memiliki kewajiban mengatur kebijakan moneter. Bank sentral tentu akan memiliki kekuatan intervensi dalam mengatasi berbagai permasalahan ekonomi, misalnya kredit macet ataupun gelembung subprime.
Pemerintah optimistis akan mampu men¬gatasi dampak krisis keuangan dunia kali ini. Dalam mengatasinya memang dibutuhkan ketenangan se¬mua pihak agar dapat senantiasa berpikir rasional un-tuk mencarikan jalan dan solusi. Meskipun tidak seluruh masalah berada di jangkauan wilayah kebijakan dan wewenang pemerintah, partisipasi dan peran serta se¬mua pihak dalam mengatasi dampak krisis keuangan global mutlak dibutuhkan.
Dari tatanan perekonomian dunia yang tidak aman dan tidak adil menyebabkan bumi kita dalam keadaan bahaya. Jika tatanan perkonomian seperti ini terus berjalan tanpa ada upaya untuk mengubah atau memperbaikinya, maka dapat dipastikan krisis setiap saat dapat terjadi. Oleh karena itu tatanan perekonomian dunia harus diperbaiki dan ditata kembali agar lebih mencari aman dan stabil, agar lebih adil dan memberikan manfaat secara merata pada semua bangsa.
























Daftar pustaka :

 http://portal.pi-umkm.net/id/pengembangan-sdm/bab-18-peningkatan-daya-saing-industri-manufaktur.html
 http://www.investor.co.id/home/ketergantungan-terhadap-barang-modal-impor-masih-tinggi/6620
 http://www.lintasberita.com/Nasional/Politik/Ketergantungan_pada_Impor_Sudah_di_Ambang_Mencemaska
 http://www.setneg.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=215&Itemid=76
 Perekonomian Indonesia Dr.Tulus T.H Tambunan,Ghalia Indonesia
 http://koran-jakarta.com/berita-detail.php?id=77407

Tidak ada komentar:

Posting Komentar