Laman

Kamis, 17 Maret 2011

KEMISKINAN DAN KESENJANGAN PENDAPATAN

KEMISKINAN DAN KESENJANGAN PENDAPATAN

A. Pendahuluan

Masalah kemiskinan dan kesenjangan pendapatan adalah hal pokok untuk Negara Indonesia karena apabila dua maslah ini dibiarkan berlarut-larut akan semakin parah dan menimbulkan konsukuensi politik-sosial yang sangat serius.Suatu pemerintahan akan jatuh karena amukan rakyat miskin karena tidak tahan dengan kemiskinan yang dihadapinya,seperti kejadian di Indonesia pada awal pemerintahan orde baru yang dianut soeharto menerapkan pertumbuhan ekonomi tinggi salah satu cara dengan mencapai pusat pembangunan ekonomi nasional.tetapi seiring berjalan waktu Indonesia memang menenikmati laju pertumbuhan ekonomi pertahun yang cukup tinggi namun, strategi yang diterapkan oleh pemerintah pada saat itu mengalami krisis ekonomi yang sangat tajam dan jumlah orang miskin semakin banyak serta terjadi kesenjangan pembagian pendapatan yang semakin besar.Sehingga pada bulan Mei 1998 seluruh mahasiswa Indonesia berdemonstrasi hingga membuat pemerintahan soeharto jatuh.Mahasiswa melakukan demo tersebut karena tidak tahan melihat dan mengalami krisis ekonomi yang sangat besar berpengaruh terhadap rakyat Indonesia.


B. Pembahasan

Kemiskinan relatif adalah suatu kesenjangan dimana distribusi pendapatan yang bisasnya dapat di definisikan di dalam kaitannya rata-rata dari distribusi yang dimaksud.
Kemiskinan relatif di Negara maju diukur sebagai rata-rata pendapatan perkapita dan dapat berbeda dalam periode tertentu.
Kemiskinan absolute pengukurannya tidak mengacu pada garis kemiskinan,derajat dari kemiskinan dibawah dimana kebutuhan minimum tidak dapat terpenuhi. Kemiskinan absolute sering disebut kemiskinan extreme karena kebutuhan yang minimum saja tidak dapat terpenuhi untuk dapat bertahan hidup.Sehubung dengan pengertian diatas di Indonesia sangat banyak hal seprti itu yang dapat kita jumpai setiap hari di jalan raya,jembatan,dan lain-lain.Hal ini membuktikan sangat kurang perhatian sekali pemerintah terhadap warga Negara Indonesia yang dapat dikatakan kemiskinan absolute.

• Hubungan antara pertumbuhan dan kesenjangan
Mengenai pertumbuhan ekonomi dan distribusi pendapatan terutama di negara Indonesia yang pembangunan ekonominya sangat pesat ada suatu korelasi yang positif antara laju pertumbuhan ekonomi dengan tingkat kesenjangan dalam distribusi pendapatan semakin tinggi pertumbuhan ekonomi semakin besar pendapatan perkapitan semakin besar juga kesenjangan pendapatan antara kaum miskin dan kaum kaya. perubahan kesejangan pendapatan terjadi awalnya dengan hipotesis Kuznets dangan melekukan observasi ke Negara-negara menemukan adanya kesenjangan pendapatan dan tingkat pendapatan perkapita yang berbentuk huruf U terbalik .hal ini diterapkan sebagi evolusi dari distribusi pendapatan dalam proses transisi pendapatan ekonomi pedesaan dengan pendapatan ekonomi kota pada awal proses pembangunan,ketimpangan pendapatan bertambah besar sebagai akibat proses urbanisasi dan industrialisasi tetapi setelah itu pada tingkat pembangunan yang lebih tinggi dari proses pembanguan ketimpangan menurun.jadi hubungan antara pertumbuhan dan kesenjangan sangat bertolak belakang semakin besar pendapatan perkapita semakin besar pula kesenjangan pendapatan dan sekarang sudah dapat terlihat seperti banyak anak-anak Indonesia yang terkena penyakit busung lapar sampai ada yang tidak mampu bertahan hidup karena pendapatan yang di dapat tidak dapat terpenuhi untuk kehidupannya

• Hubungan antara pertumbuhan dan kemiskinan
Pertumbuhan pendapatan adalah suatu komponen dari perbedaaan antara efek bruto,efek netto dari pertumbuhan pendapatan terhadap kemiskinan.Beberapa penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh antara pertumbuhan output agregat atau PDB atau PN maupun pertumbuhan output sektoral terhadap pengurangan jumlah orang miskin. Ravallion dan Datt (1996) di India : menemukan bahwa pertumbuhan output di sektor-sektor primer (pertanian) jauh lebih efektif terhadap penurunan kemiskinan dibandingkan sektor-sektor sekunder. Kakwani (2001, Filipina) : peningkatan 1% output di sektor pertanian dapat mengurangi jumlah org yg hidup di bwh garis kemiskinan sedikit di atas 1%. Sedangkan % pertumbuhan yg sama di sektor industri dan jasa hanya mengakibatkan pengurangan kemiskinan 0,25 – 0.3%.Di Indonesia, beberapa Pelaku Industri mulai menemukan ancaman deIndustrialisasi. Januari 2008 sektor industri menyumbang US7,6 milliar sedangkan Januari 2009 hanya menyumbang USD 4,9 milliar atau merosot 35,52%. Impor bahan baku Industri Januari 2008 mampu impor mencapai US$ 7,35 Milliar sedangkan Januari 2009 hanya mampu US$ 4,53 Milliar atau minus 38,33%. Selama 5 tahun terakhir memang pertumbuhan sektor industri cenderung menurun, realisasi pertumbuhan tahun 2004 sebesar 6,19% turun di tahun 2005 menjadi 4,63%% dan turun lagi di tahun 2006 menjadi 4,6 %., 2007 naik sedikit menjadi 4,7%, 2008 turun jatuh menjadi 3,7%. Selama 5 tahun terakhir laju pertumbuhan sektor industri turun hampir separuhnya. Sejak krisis ekonomi akhir masa ORBA memang sudah terlihat bahwa sektor industri mengalami penurunan. Kontribusinya untuk PDB semakin berkurang.

 Teori Pertumbuhan Ekonomi

Model Pertumbuhan Solow berangkat dari fungsi produksi agregat sebagai berikut (Dornbusch, Fischer, dan Startz,
Y = A.F(K,L)
Y output nasional (kawasan), K modal (kapital) fisik, L tenaga kerja, dan A merupakan teknologi. Faktor penting yang mempengaruhi pengadaan modal fisik adalah investasi.


 Fungsi produksi agregat

Y = A.F(K, H, L)
H sumberdaya manusia merupakan akumulasi dari pendidikan dan pelatihan. Menurut Mankiw, Romer, dan Weil (1992) kontribusi dari setiap input pada persamaan tersebut terhadap output nasional bersifat proporsional. Investasi terhadap sumberdaya manusia melalui sector pendidikan akan menghasilkan pendapatan nasional yang lebih tinggi dibandingkan dengan negara yang kurang berinvestasi pada sektor tersebut. Apabila investasi tersebut dilaksanakan relative merata, termasuk terhadap golongan berpendapatan rendah, maka kemiskinan akan berkurang.

 Penyebab kurangnya kualitas pertumbuhan
diindikasikan oleh laju pengangguran yang masih relative tinggi dan sulit/lambat penurunannya (persistent). Sepanjang periode 1999-2006, rataan laju pengangguran justru positif yaitu sebesar 0.56 persen per tahun. Hal ini menandakan bahwa pertumbuhan ekonomi yang terjadi pada kurun waktu tersebut terutama terjadi atau bersumber dari sektor-sektor yang cenderung padat modal. Kurangnya kualitas pertumbuhan ekonomi juga dicerminkan oleh angka kemiskinan (terutama kemiskinan di kawasan perdesaan) yang juga relatif persisten di atas 20 persen dalam delapan tahun terakhir.

 Faktor –faktor yang mempengaruhi jumlah orang miskin antara lain :

a. Pendapatan (PDRB)
b. jumlah populasi penduduk (POPULASI)
c. pangsa sektor pertanian dalam PDRB (AGRISHARE)
d. pangsa sector industri manufaktur dalam PDRB (INDUSTRISHARE)
e. tingkat inflasi (INFLASI)
f. jumlah orang yang lulus sekolah setingkat SMP
g. jumlah orang yang lulus sekolah setingkat SMA(SMA)
h. jumlah orang yang lulus sekolah setingkat diploma (DIPLM)
i. dummy krisis ekonomi (DUMMYKRISIS).

Garis kemiskinan menjadi pertimbangan, maka inflasi menjadi variabel yang relevan. Laju inflasi akan menggeser garis kemiskinan ke atas.Pertumbuhan harus efektif mengurangi kemiskianan dengan cara menyebar disetiap golongan pendapatan dan termasuk pendapatan orang miskin.

 Secara langsung

pertumbuhan perlu dipastikan terjadi disektor-sektor di mana orang miskin bekerja (pertanian atau sektor yang padat karya) jadi penaganguran seperti yang terjadi di pedesaan dapat teratasi dengan adnya cara seperti ini mereka mempunyai suatu pekerjaan yang dapat menghasilkan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka walaupun tidak begitu besar tetapi cara ini cukup efektif untuk menanggulangi kemiskinan.

 Secara tidak langsung

diperlukan pemerintah yang cukup efektif meredistribusi manfaat pertumbuhan yang boleh jadi didapatkan dari sektor moderen seperti jasa dan manufaktur yang padat modal ke golongan penduduk miskin.

• Indikator kesenjangan dan kemiskinan

Ada sejumlah cara untuk mrngukur tingkat kesenjangan dalam distribusi pendapatan yang dibagi ke dalam dua kelompok pendekatan, yakni axiomatic dan stochastic dominance. Yang sering digunakan dalam literatur adalah dari kelompok pendekatan pertama dengan tiga alat ukur, yaitu the generalized entropy (GE), ukuran atkinson, dan koefisien gini. Yang paling sering dipakai adalah koefisien gini. Nilai koefisien gini berada pada selang 0 sampai dengan 1. Bila 0 : kemerataan sempurna (setiap orang mendapat porsi yang sama dari pendapatan) dan bila 1 : ketidakmerataan yang sempurna dalam pembagian pendapatan.Ide dasar dari perhitungan koefisien gini berasal dari kurva lorenz. Semakin tinggi nilai rasio gini, yakni mendekati 1 atau semakin jauh kurva lorenz dari garis 45 derajat tersebut, semakin besar tingkat ketidakmerataan distribusi pendapatan. Ketimpangan dikatakan sangat tinggi apabilai nilai koefisien gini berkisar antara 0,71-1,0. Ketimpangan tinggi dengan nilai koefisien gini 0,5-0,7. Ketimpangan sedang dengan nilai gini antara 0,36-0,49, dan ketimpangan dikatakan rendah dengan koefisien gini antara 0,2-0,35.
Pada awal pemerintahan orde baru, perencanaan pembangunan ekonomi di Indonesia masih sangat percaya bahwa apa yang dimaksud dengan trickle down effect akan terjadi. Oleh karena itu, strategi pembangunan diterapkan oleh pemerintah pada awal periode orde baru hingga akhir tahun 1970-an terpusatkan pada pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Untuk mencapai tujuan tersebut maka pusat pembangunan dimulai di Pulau Jawa, khususnya Propinsi Jawa Barat, karena fasilitas seperti infrastruktur lebih tersedia dibandingkan dipropinsi lainnya di Indonesia dan di beberapa propinsi hanya dibeberapa sector saja yang bisa dengan cepat memberi pertumbuhan misalnya sector primer dan industri berat.
Setelah sepuluh tahun pelita I dimulai, mulai kelihatan bahwa efek yang dimaksud itu mungkin tidak dapat dikatakan sama sekali tidak ada, tetapi proses mengalir kebawahnya sangat lamban. Sebagai akibatnya, Indonesia menikmati laju pertumbuhan yang relatif tinggi, tetapi pada waktu yang bersamaan tingkat kesenjangan semakin membesar dan jumlah orang miskin semakin banyak. Tepatnya setelah pelita III, strategi pembangunan mulai diubah. Tidak hanya pertumbuhan tetapi juga kesejahteraan masyarakat, tidak hanya dijawa, tetapi juga diluar jawa, menjadi kesejahteraan masyarakat, misalnya dengan mengembangkan industri yang padat karya dan sector pertanian . hingga saat ini sudah banyak program pemerintah yang berorientasi mengurangi kemiskinan, seperti inpres pedesaan, transmigrasi, dan masih banyak lagi.
Masalah kesenjangan ekonomi (pendapatan) dan kemiskinan di Indonesia akan dibahas. Faktor-faktor yang menyebabkan kesenjangan dan kemiskinan tetap ada ditanah air walaupun pembangunan ekonomi berjalan terus dan Indonesia memiliki laju pertumbuhan yang relatif tinggi.


 Dampak positif proses pembangunan ekonomi nasional
 Semakin banyak kegiatan-kegiatan ekonomi di pedesaan diluar sector pertanian seperti industry,manufaktur.jadi dengan adanya kegiatan ekonomi pedesaan dapat menambah kesempatan kerja dipedesaan dan juga menambah pendapatan petani.

 Tingkat produktivitas dan pendapatan disektor pertanian meningkat bukan saja akibat arus manusia dari sector tersebut,tetapi penerapan dan penggunaan input yang lebih baik seperti pupuk,permintaan pasar yang meningkat.

 Sumber daya alam yang ada di pedesaan semakin dapat dimanfaatkan oleh penduduk desa secara optimal dan tidak lupa juga untuk merawat,menanam,memelihara kembali agar sumber daya alam di pedesaan agar tidak mudah habis.




• Kemiskinan
Di Indonesia kemiskinan merupakan masalah terbesarkemiskinan yang dapat diukur tanpa mengacu pada garis kemiskinan disebut kemiskinan relatif sedangkan kemiskinan absolute adalah kemiskinan yang pengukurannya tidak berdasarkan garis kemiskinan.kemiskinan yang berarti kekurangan makanan poko,sandang,pangan,papan utuk memenuhi kebutuhan sehari-sehari tidak mencukupi.msalah kemiskinan di Indonesia berlarut-larut tidak ada habisnya ketidakmampuan sumber daya manusia yang harusnya dapat mengelolah sumber daya alam yang ada di Indonesia.di sektor ini dengan melalui pendidikan serta mendapat ilmu pengetahuan yang dapat membantu SDM untuk menghasilkan dan dapat memanfaatkan SDA.Sehingga pengetahuan masyarakat Indonesia tidak minim.

• Bank dunia mendefinisikan kemiskinan absolut sebagai hidup dengan pendapatan dibawah USD $1/hari dan Kemiskinan menengah untuk pendapatan dibawah $2 per hari, dg batasan ini maka diperkiraan pada 2001 1,1 miliar orang didunia mengkonsumsi kurang dari $1/hari dan 2,7 miliar orang didunia mengkonsumsi kurang dari $2/hari. Proporsi penduduk negara berkembang yang hidup dalam Kemiskinan ekstrem telah turun dari 28% pada 1990 menjadi 21% pada 2001.Melihat pada periode 1981-2001, persentase dari penduduk dunia yang hidup dibawah garis kemiskinan $1 dolar/hari telah berkurang separuh. Tetapi , nilai dari $1 juga mengalami penurunan dalam kurun waktu tersebut.
Meskipun kemiskinan yang paling parah terdapat di dunia bekembang, ada bukti tentang kehadiran kemiskinan di setiap region. Di negara-negara maju, kondisi ini menghadirkan kaum tuna wisma yang berkelana ke sana kemari dan daerah pinggiran kota dan ghetto yang miskin. Kemiskinan dapat dilihat sebagai kondisi kolektif masyarakat miskin, atau kelompok orang-orang miskin, dan dalam pengertian ini keseluruhan negara kadang-kadang dianggap miskin. Untuk menghindari stigma ini, negara-negara ini biasanya disebut sebagai negara berkembang.






 Perkembangan Jumlah Penduduk Miskin Indonesia
Setelah melewati masa krisis, pada periode 1999-2006, pertumbuhan ekonomi Indonesia walaupun menunjukkan trend yang meningkat namun belum bisa dikatakan berkualitas. Hal ini dicerminkan, oleh relatif besarnya ketimpangan aktivitas perekonomian antar wilayah. Pada periode 2000-2005, rataan kontribusi terhadap PDB nasional masih didominasi oleh wilayah Jawa-Bali sebesar 60.7 persen (16.95 persennya adalah di Jakarta), diikuti oleh Sumatera 22.39 persen, Kalimantan 9.28 persen, Sulawesi 4.17 persen, dan lainnya 3.46 persen.di kawasan perdesaan) yang juga relatif persisten di atas 20 persen dalam delapan tahun terakhir.

 Faktor-faktor yang menyebabkan kemiskinan Indonesia seagai berikut :
1. belum optimalnya pertumbuhan ekonomi
2. lonjakan harga minyak dunia yang menimbulkan cost pushinflation yang signifikan
3. belum padunya para pengambilan kebijakan secara horizontal dan vertikal serta
4. berbagai terpaan bencana yang melanda Indonesia


 Persebaran Jumlah Penduduk Miskin

 Jumlah penduduk miskin di Indonesia terkonsentrasi di pulau Jawa (57.5 persen dari total penduduk miskin Indonesia), terutama di propinsi Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat.

 Sumatera menjadi daerah kedua setelah Jawa yang memiliki jumlah penduduk miskin yang cukup banyak (20.4 persen dari total penduduk miskin Indonesia). Secara persentase, jumlah penduduk miskin di Sumatera rata-rata terus mengalami peningkatan, di mana Lampung merupakan propinsi dengan jumlah penduduk miskin tertinggi di pulau Sumatera.



• Kebijakan antikemiskinan
Kemiskinan merupakan masalah kritis yang terus dihadapi Indonesia dari waktu ke waktu. Begitu kronisnya permasalahan ini dalam pembangunan ekonomi Indonesia hampir-hampir nada pesimis muncul dalam setiap kebijakan baru yang dikeluarkan pemerintah. Kebijakan anti kemiskinan dapat diberikan berupa bantuan uang maupun dalam bentuk bahan kebutuhan pokok. Kebijakan pemberian pancing maupun stimulus seperti Operasi Pasar Tebuka, Inpres Desa Tertinggal, P2KP dan sebagainya bagi penduduk miskin merupakan kebijakan yang paling populer dan dianggap sesuai dengan karakteristik penduduk miskin Indonesia. Tetapi, ketika pemerintah dihadapkan pada sebuah gejolak ekonomi yang temporer, kebijakan yang diambil justeru pemberian uang tunai langsung (Bantuan Langsung Tunai/BLT). Cash transfer, sebenarnya bukan strategi baru bagi Indonesia untuk pengentasan kemiskinan. Namun, dalam tiga kali pelaksanaannya strategi ini terus menuai kritik dan kecaman.
Oleh karena itu, untuk mendesain sebuah strategi pengentasan kemiskinan dengan pendekatan transfer pendapatan melalui pemberian uang tunai, perlu menjadi perhatian penting. Penelitian ini akan mencoba mengevaluasi dan membandingkan kebijakan anti kemiskinan dengan pendekatan transfer pendapatan baik yang bersyarat maupun tanpa syarat, melalui telaah efektifitas program tersebut terhadap kondisi masyarakat Indonesia. Disamping itu

penelitian ini juga mencoba menyusun sebuah model yang mendesain sebuah program anti kemiskinan yang menggunakan transfer pendapatan dan transfer sosial, mulai dari penyusunan hingga bagaimana mengakhirinya dan menggantikannya dengan strategi yang baru, sehingga tumpang tindih kebijakan dapat dihindari.

 Untuk mendukung strategi dalam memerangi kemiskinan diperlukan intervensi-intervensi pemerintah yang sesuai dengan sasaran atau tujuannya.Intervensi ini dibagi menurut waktu yaitu :
 Intervensi jangka pendek : Terutama pembangunan sektor pertanian,usaha kecil dan ekonomi pedesaan.hal ini sanagt penting melihat wilayah Indonesia pedesaan dan sebagian besar penduduk Indonesia bekerja di sektor pertanian sehingga menjadi pendapatan untuk mereka.
 Intervensi jangka menengah dan jangka panjang : pembanguan /penguatan sector swasta,kerjasama regional,manajemen pengeluaran pemerintah,desentralisasi,pendidikan dan kesehatan,penyediaan air bersih dan pembangunan kota,pembagian tanah pertanian yang merata.







C. Kesimpulan

Kemiskinan dan kesenjangan pendapatan merupakan hal sangat terbesar di Indonesia dengan adanya sumber daya alam yang melimpah di Indonesia seharusnya bangsa Indonesia dapat mengelolah itu dan dapat menghasilkan SDM yang professional apabila orang-orang Indonesia secar individual mempunyai kemauan untuk maju menjadi orang yang sukses membangun bangsa tetapi semua itu terhalangnya oleh sikap masing-masing individu yang menginginkan lebih dari segalanya. Masalah ini hingga sekarang masih sangat sulit untuk ditanggulangi pemerintah sudah berupaya menanggulangi masalah ini tetapi hasilnya tidak sesuai yang kita harapkan. Apalgi ditambah di era modern ini yang berpendapatan lebih semakin kaya sedangkan yang berpendapatan rendah semakin miskin seperti Indonesia sangat banyak penduduk yang belum dapat memenuhi kebutuhan hidupnya menimbulkan berbagai penyakit diantaranya busung lapar,polio,cacat penyakit ini yang banyak terserang msayarakat miskin karena mereka tidak dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari. Jadi dari semua pihak baik itu masyarakat,pemerintah,pejabat,politkus dan yang lainnya harus bisa bersama-sama memerangi kemiskinan yang melanda Negara Indonesia sudah sangat lama bangsa Indonesia di anggap sebagai bangsa miskin yang kurang berkualitas. Dengan kerjasam dan strategi yang sudah ada jalani dengan kejujuran nasib bangsa Indonesia ditangan kita sendiri.masih banyak hal dari berbagai sector yang harus ditata masing-masing sesuai dengan aturan yang berlaku.








D. Daftar Pustaka

i. http://www.ekonomi.lipi.go.id/informasi/penelitian/Dpenelitian_detil.asp?Vnomo=275
ii. http://id.wikipedia.org/wiki/Kemiskinan
iii. http://ekonomi.kompasiana.com/bisnis/2009/03/26/pertumbuhan-ekonomi-yang-berkualitas/
iv. http://pse.litbang.deptan.go.id/ind/pdffiles/Siregar21agts07.pdf
v. Perekonomian Indonesia Dr.Tulus T.H.Tambunan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar