Dalam akuntansi
konvensional, laporan keuangan disajikan berdasarkan nilai historis yang
mengasumsikan bahwa hargaharga (unit moneter) adalah stabil. Akuntansi
konvensional tidak mengakui adanya perubahan tingkat harga umum maupun
perubahan tingkat harga khusus. Sebagai konsekuensinya, jika terjadi perubahan
daya beli seperti pada periode inflasi, maka laporan keuangan historis secara
ekonomis tidaklah relevan. Pada periode ini pendapatan umumnya dinilai lebih
tinggi sedangkan aktiva tetap dinilai lebih rendah. Sebenarnya, terdapat
beberapa metode akuntansi mengenai pengaruh perubahan harga, antara lain
akuntansi harga tetap, akuntansi nilai sekarang, dan akuntansi tingkat harga
umum. Akuntansi tingkat harga umum akan mengadakan restatement komponen-komponen
laporan keuangan ke dalam rupiah pada tingkat daya beli yang sama, namun sama
sekali tidak mengubah prinsip-prinsip akuntansi yang digunakan dalam akuntansi
berdasarkan nilai historis.Pada prakteknya, kontroversi yang menyangkut
relevansi penggunaan akuntansi tingkat harga umum masih berlanjut hingga saat
ini. Beberapa argumentasi yang mendukung maupun menolak penerapan akuntansi
tingkat harga umum akan disajikan dalam artikel ini. Demikian juga hasil dari
dua penelitian mengenai pengaruh penerapan akuntansi tingkat harga umum
terhadap laporan keuangan akan diperbandingkan guna melihat apakah penyesuaian
berdasarkan akuntansi tingkat harga umum memang diperlukan.
Laman
Rabu, 23 April 2014
Sejarah Perkembangan Akuntansi Traslasi Mata Uang Asing
Praktik akuntansi
translasi telah berkembanga dari waktu ke waktu sebagai jawaban atas
kompleksitas operasi multinasional yang meningkat dan perubahan sistem moneter
internasional. Untuk memberikan beberapa sudut pandang sejarah terhadap status
akuntansi translasi yang ada sekarang, berikut ini narasi singkat mengenai
inisiatif pelaporan keuangan di Amerika Serikat yang mewakili pengalaman di negara-negara
lain.
Sebelum Tahun 1965
Accounting Research Bulletin (ARB) NO. 4 kemudian diperbaharui dengan ARB NO. 43 mendorong penggunaan metode kini-non kini. Keuntungan atau kerugian transaksi langsung dimasukan kedalam laba. Keuntungan atau kerugian transaksi bersih disaling hapuskan selama periode berjalan. Sedangkan untuk kerugian transaksi bersih ditangguhkan dalam penundaan neraca dan digunakan untuk menghapuskan kerugian translasi pada masa mendatang.
Tahun 1965 - 1975
Bab 12 ARB No 43 memperbolehkan pengecualian tertentu atas metode kini-non kini dalam keadaan tertentu. Persediaan dapat ditranslasikaan berdasarkan kurs historis. Utang jangka panjang yang timbul karena pembelian aktiva jangka panjang dapat ditranslasikan berdasarkan kurs kini. Setiap perbedaan akuntansi yang disebabkan oleh penyajian ulang utang diberlakukan sebagai bagian dari biaya perolehan aktiva. Mentranslasikan seluruh utang dan piutang dalam mata uang asing berdasarkan kurs kini diperbolehkan setelah Accounting Principle Board Opinion No. 6 dikeluarkan pada tahun 1965.
Tahun 1975 - 1981
FASB mengeluarkan FAS No.8 yang kontroversial pada tahun 1975, mengubah praktik di AS dan praktik sejumlah perusahaan asing yang menggunakan GAAP AS karena mengharuskan penggunaan metode translasi temporal. Penangguhan keuntungan dan kerugian translasi tidak diperbolehkan lagi dan harus diakui dalam laba selama periode perubaahan
kurs nilai tukar. Reaksi perusahaan terhadap FAS No. 8 beraneka ragam. Beberapa pihak mendukung dasar teori yang digunakan, sedangkan yang lain mengecam karena distorsi yang dapat ditimbulkan dalam laba perusahaan yang dilaporkan. FAS No.8 menyebabkan hasil akuntansi yang tidak sesuai dengan kenyataan ekonomi. Pengaruh yo-yo FAS No.8 terhadap laba perusahaan menimbulkan perhatian di kalangan eksekutif sejumlah perusahaan yang dilaporkan akan terlihat lebih fluktuatif bila dibandingkan dengan laba perusahaan domestik dan dengan demikian akan menekan harga saham perusahaan,.multinasional.Mereka mengkhawatirkan laba perusahaan yang dilaporkan akan terlihat lebih fluktuatif bila dibandingkan dengan laba perusahaan domestik dan dengan demikian akan menekan harga saham perusahaan,.
Tahun 1981 - hingga kini
FASB mempertimbangkan kembali FAS no 8 dan setelah melalui banyak pertemuan publik dan dua draft sementara, menerbitkan Statement Of Financial Accounting Standars No.52 pada tahun 1981.
Accounting Research Bulletin (ARB) NO. 4 kemudian diperbaharui dengan ARB NO. 43 mendorong penggunaan metode kini-non kini. Keuntungan atau kerugian transaksi langsung dimasukan kedalam laba. Keuntungan atau kerugian transaksi bersih disaling hapuskan selama periode berjalan. Sedangkan untuk kerugian transaksi bersih ditangguhkan dalam penundaan neraca dan digunakan untuk menghapuskan kerugian translasi pada masa mendatang.
Tahun 1965 - 1975
Bab 12 ARB No 43 memperbolehkan pengecualian tertentu atas metode kini-non kini dalam keadaan tertentu. Persediaan dapat ditranslasikaan berdasarkan kurs historis. Utang jangka panjang yang timbul karena pembelian aktiva jangka panjang dapat ditranslasikan berdasarkan kurs kini. Setiap perbedaan akuntansi yang disebabkan oleh penyajian ulang utang diberlakukan sebagai bagian dari biaya perolehan aktiva. Mentranslasikan seluruh utang dan piutang dalam mata uang asing berdasarkan kurs kini diperbolehkan setelah Accounting Principle Board Opinion No. 6 dikeluarkan pada tahun 1965.
Tahun 1975 - 1981
FASB mengeluarkan FAS No.8 yang kontroversial pada tahun 1975, mengubah praktik di AS dan praktik sejumlah perusahaan asing yang menggunakan GAAP AS karena mengharuskan penggunaan metode translasi temporal. Penangguhan keuntungan dan kerugian translasi tidak diperbolehkan lagi dan harus diakui dalam laba selama periode perubaahan
kurs nilai tukar. Reaksi perusahaan terhadap FAS No. 8 beraneka ragam. Beberapa pihak mendukung dasar teori yang digunakan, sedangkan yang lain mengecam karena distorsi yang dapat ditimbulkan dalam laba perusahaan yang dilaporkan. FAS No.8 menyebabkan hasil akuntansi yang tidak sesuai dengan kenyataan ekonomi. Pengaruh yo-yo FAS No.8 terhadap laba perusahaan menimbulkan perhatian di kalangan eksekutif sejumlah perusahaan yang dilaporkan akan terlihat lebih fluktuatif bila dibandingkan dengan laba perusahaan domestik dan dengan demikian akan menekan harga saham perusahaan,.multinasional.Mereka mengkhawatirkan laba perusahaan yang dilaporkan akan terlihat lebih fluktuatif bila dibandingkan dengan laba perusahaan domestik dan dengan demikian akan menekan harga saham perusahaan,.
Tahun 1981 - hingga kini
FASB mempertimbangkan kembali FAS no 8 dan setelah melalui banyak pertemuan publik dan dua draft sementara, menerbitkan Statement Of Financial Accounting Standars No.52 pada tahun 1981.
ALASAN-ALASAN
UNTUK MELAKUKAN TRANSLASI
Perusahaan dengan operasi luar negeri
yang signifikan menyusun laporan keuangan konsolidasi yang memungkinkan para
pembaca laporan keuangan untuk mendapatkan pemahaman yang holistic atas operasi
perusahaan baik domestic dan luar negeri. Laporan keuangan anak perusahaan luar
negeri yang berdenominasi dalam mata uang asing disajikan ulang dengan mata
uang induk perusahaan. Proses penyajian ulang informasi keuangan dari satu mata
uang ke mata uang lainnya disebut translasi.
Kurs nilai tukar variable yang digabungkan dengan berbagai macam metode
translasi yang dapat digunakan dan perbedaan perlakuan atas keuntungan dan
kerugian translasi, membuat perbandingan hasil keuangan satu perusahaan dengan
perusahaan lain atau perbandingan hasil suatu perusahaan yang sama dari satu
periode ke periode yang lain sulit dilakukan. Suatu aktiva dan kewajiban mata
uang asing dikatakan menghadapi resiko mata uang jika suatu perubahan kurs
nilai tukar mata uang menyebabkan mata uang induk perusahaan juga berubah.
LATAR BELAKANG DAN TERMINOLOGI
LATAR BELAKANG DAN TERMINOLOGI
Translasi tidak sama dengan konversi
yang adalah pertukaran dari satu mata uang ke mata uang yang lain secara fisik.
Translasi hanyalah perubahan satuan unit moneter, seperti hanya sebuah neraca
yang dinyatakan dalam IDR disajikan ulang dalam nilai ekuivalen Dollar
AS.Transaksi mata uang asing terjadi di pasar spot, forward, atau swap. Kurs
pasar spot dipengaruhi oleh banyak factor, termasuk perbedaan tingkat inflasi
antarnegara, perbedaan suku bunga nasional dan eksploitasi terhadap arah nilai
tukar di masa mendatang. Kurs nilai tukar pasar spot dapat dinyatakan langsung
atau tidak langsung. Transaksi pada pasar forward adalah perjanjian untuk
melakukan pertukaran suatu mata usang dengan jumlah tertentu ke dalam mata uang
lain pada suatu tanggal di masa depan. Kuotasi pada pasar forward dinyatakan
dengan diskonto atau premium dari kurs spot. Transaksi swap melibatkan
permbelian spontan penjualan forward atas suatu mata uang secara bersamaan.
Investor sering memanfaatkan transaksi swap untuk mengambil keuntungan dari
tingkat suku bunga yang lebih tinggi di suatu Negara asing.
Jika kurs nilai tukar relative stabil, translasi mata uang tidak akan lebih sukar dari proses translasi satuan rinci atau kaki menjadi ekuivalennya dalam unit metrik. Namun demikian, kurs nilai tukar jarang sekali stabil. Mata uang Negara-negara industri maju menemukan nilainya secara bebas dalam pasar mata uang. Nilai tukar yang berfluktuasi sering khusus terjadi di Eropa Timur, Amerika Latin, dan beberapa Negara di Asia. Fluktuasi mata uang meningkatkan jumlah nilai tukar translasi yang dapat digunakan dalam proses translasi dan menimbulkan keuntungan dan kerugian mata uang asing.
Keuntungan dan Kerugian Translasi
Jika kurs nilai tukar relative stabil, translasi mata uang tidak akan lebih sukar dari proses translasi satuan rinci atau kaki menjadi ekuivalennya dalam unit metrik. Namun demikian, kurs nilai tukar jarang sekali stabil. Mata uang Negara-negara industri maju menemukan nilainya secara bebas dalam pasar mata uang. Nilai tukar yang berfluktuasi sering khusus terjadi di Eropa Timur, Amerika Latin, dan beberapa Negara di Asia. Fluktuasi mata uang meningkatkan jumlah nilai tukar translasi yang dapat digunakan dalam proses translasi dan menimbulkan keuntungan dan kerugian mata uang asing.
Keuntungan dan Kerugian Translasi
Perlakuan-perlakuan akuntansi
menyebabkan penyesuaian-penyesuaian intemasional ini sama beragamnya dengan
prosedur-prosedur translasi yang melatarbelakanginya. Karenanya, solusi-solusi
yang masuk akal atas masalah bagaimana memperlakukan “keuntungan atau kerugian”
translasi ini sangat dibutuhkan. Pendekatan-pendekatan atas akuntansi bagi
penyesuaian translasi dimulai dari pendekatan deferral (penundaan) hingga
pendekatan yang tidak mengharuskan penundaan sama sekali, dengan
perlakuan-perlakuan hibrida diantara keduanya. Mayor deferal.Memasukkan
penyesuaian-penyesuaian translasi dalam laba berjalan secara umum umum
ditentang dengan alasan bahwa penyesuaian-penyesuaian tersebut hanyalah produk
dari proses penyajian ulang. Yaitu, perubahan-perubahan dalam valuta domestik
ekivalen dari aktiva bersih perusahaan anak di luar negeri “belum terealisasi”,
tidak memiliki efek atas arus kas valuta lokal yang ditimbulkan oleh entitas di
luar negeri yang mungkin sedang melakukan investasi ulang atau membayar kembali
kepada perusahaan induk. Memasukkan penyesuaian-penyesuaian semacam itu dalam
laba berjalan, dengan demikian, akan menyesatkan. Dalam situasi-situasi ini,
penyesuaian translasi harus diakumulasikan secara terpisah sebagai bagian dari
ekuitas konsolidasi. Meskipun begitu, pendekatan deferral, mungkin ditentang
dengan alasan bahwa nilai tukar tidak kembali ke keadaan semula dengan sendirinya.
Bahkan jika hal itu terjadi, penyesuaian-penyesuaiati deferral atau transaksi
akan didasari pada prediksi nilai tukar, upaya yang paling susah dalam praktik.
Situasi-situasi bisa timbul dimana hasil-hasil operasi mengalami salah saji
hanya karena kesalahan peramalan. Bagi beberapa pihak, penundaan kerugian atau
keuntungan translasi menutupi perilaku perubahan nilai tukar; yaitu,
perubahan-perubahan kurs merupakan fakta historis dan pemakai-pemalcai laporan
keuanganakan terlayani dengan baik jika dampak-dampak fluktuasi nilai tukar
dicatat ketika dampak-dampak ini muncul. Menurut FAS No. 8(paragraf 199), “Kurs
selalu berfluktuasi; akuntansi seharusnya tidak memberi kesan bahwa kurs
tersebut stabil”. Deferral dan Amortisasi. Beberapa pengamat menyukai penundaan
keuntungan dan kerugian translasi dan mengamortisasikan penyesuaian-penyesuaian
ini selama usia item-item neraca yang bersangkutan. Apresiasi marka terhadap
dolar antar tanggal konsolidasi menghasilkan kerugian translasi. Berdasarkan
asumsi bahwa biaya dari aset termasuk pengorbanan yang diperlukan untuk
mengurangi dan menghapus kewajiban yang terkait, kerugian translasi akan
diperlakukan sebagai bagian dari biaya aset yang bersangkutan dan
diamortisasikan menjadi beban selama usia produktif aset Tersebut. No deferral.
Pilihan ketiga dalam akuntansi bagi keuntungan dan kerugian translasi adalah
dengan mengakui kerugian atau keuntungan tersebut dalam laporan laba-rugi
secepatnya. Penundaaan macam apapun dianggap semu dan menyesatkan. Selain itu,
kriteria-kriteria penundaan dianggap tidak mungkin diimplementasikan dan secara
internal tidak konsisten. Jadi, pendekatan tradisionalnya adalah mengakui
kerugian dengan segera tetapi hanya mengakui keuntungan sejauh keuntungan
tersebut telah terealisasi. Walaupun bersifat konservatif, penundaan keuntungan
translasi semata-mata dilakukan karena keuntungan “menolak” bahwa perubahan
kurs telah terjadi. Memasukkan keuntungan dan kerugian translasi dalam laba
berjalan, sayangnya, berarti melibatkan elemen random dalam laba yang bisa
mengakibatkan gejolak laba yang signifikan setiap kali nilai tukar berubah.
Selain itu, memasukkan keuntungan dan kerugian “di atas kertas” semacam itu ke
dalam laba yang dilaporkan bisa menyesatkan pembaca laporan keuangan, karena penyesuian-penyesuaian
ini tidak selalu menyediakan informasi yang cocok dengan dampak ekonomi yang
diharapkan dari perubahan kurs atas arus kas perusahaan.
TRANSLASI
MATA UANG ASING DAN INFLASI
Penggunaan kurs kini untuk
mentranslasikan biaya perolehan aktiva non-moneter yang berlokasi di lingkungan
berinflasi pada akhirnya akan menimbulkan nilai ekuivalen dalam mata uang
domestik yang jauh lebih rendah dari pada dasar pengukuran awalnya. Pada saat
yang bersamaan, laba yang ditranslasikan akan jauh lebih besar sehubungan
dengan beban depresisasi yang juga lebih rendah. Hasil translasi seperti itu
dengan mudah dapat lebih menyesatkan pembaca ketika memberikan informasi kepada
pembaca. Penilaian dolar yang lebih rendah biasanya merendahkan kekuatan laba
akutal dari aktiva luar negeri yang didukung oleh inflasi lokal dan rasio
pengembalian atas investasi yang terpengaruh inflasi di suatu operasi luar
negeri dapat menciptakan harapan yang palsu atas keuntungan masa depan. FASB
menolak penyesuaian inflasi sebelum proses translasi, karena penyesuaian
tersebut tidak konsisten dengan kerangka dasar penilaian biaya historis yang
digunakan dalam laporan keuangan dasar di AS. Sebagai solusi FAS No 52
mewajibkan penggunaan dolar AS sebagai mata uang fungsional untuk operasi luar
negeri yang berdomisili dilingkungan dengan hiperinflasi. Prosedur ini akan
mempertahankan nilai konstan ekuivalen dolar aktiva dalam mata uang asing,
karena aktiva tersebut akan ditranslasikan menurut kurs historis. Pembebanan
kerugian translasi atas aktiva tetap dalam mata uang asing terhadap ekuitas
pemegang saham akan menimbulkan pengaruh yang signifikan terhadap rasio
keuangan. Masalah translasi mata uang asing tidak dapat dipisahkan dari masalah
akuntansi untuk inflasi asing.
TRANSLASI
MATA UANG ASING DI NEGARA LAIN
Kanada
Institut akuntan bersertifikat di Kanada
(CICA), Badan Standar Akuntansi di Inggris dan Badan Standar Akuntansi
International seluruhnya berpartisipasi dalam penyusunan FAS No. 52. Perbedaan
utama antara standar di kanada (CICA 1650) dan FAS No. 52 menyangkut utang
jangka panjang dalam mata uang asing. Di Kanada keuntungan dan kerugian
translasi ditangguhkan dan diamortisasi.
Inggris
Perbedaan utama standar di Inggris dan
di AS berkaitan dengan anak perusahaan yang berdiri sendiri di Negara-negara
yang mengalami hiperinflasi. Laporan keuangan pertama – tama harus disesuaiakan
terhadap tingkat harga kini dan kemudian ditranslasikan dengan menggunakan kurs
kini.
Australia
Australia mengharuskan penilaian kembali
aktiva tidak lancar non moneter untuk anak perusahaan di negara-negara yang
berinflasi tinggi sebelum dilakukan translasi.
Selandia
Baru
Pada dasarnya sama dengan Australia,
Selandia Baru juga mengharuskan metode translasi moneter–non moneter untuk anak
perusahaan yang operasinya terintegrasi induk perusahaannya.
Jepang
Pada saat ini Jepang telah mengubah
standarnya dengan mengharuskan metode kurs kini disegala keadaan dengan
penyesuain translasi yang disajikan pada neraca dalam ekuitas pemegang saham.
Jumlah
perusahaan melakukan pencatatan saham secara internasional dan mengikuti IAS,
atau sekarang disebut IFRS, semakin meningkat dan bursa efek di seluruh dunia
berada di bawah tekanan yang semakin meningkat untuk menggunakan IFRS sebagai
pengganti standar domestik untuk pencatatan saham perusahaan-perusahaan asing.
Di AS perusahan-perusahaan asing diperbolehkan untuk menggunakan standar
internasional (IAS 21) dan bukan standar AS (FAS No.52) dalam masalah translasi
mata uang asing.
Referensi :
bluegulzz.wordpress.com/.../translasi-mata-uang-asing-dan-inflasi-translasi-mata-uang-asing-di-negara-lain/
Sabtu, 19 April 2014
TRANSLASI MATA UANG ASING
Translasi
mata uang asing adalah proses pelaporan informasi keuangan dari satu mata uang
ke mata uang lainnya. Translasi mata uang asing dilakukan untuk mempersiapkan
laporan keuangan gabungan yang memberikan laporan pada pembaca informasi
mengenai operasional perusahaan secara global, dengan memperhitungkan laporan
keuangan mata uang asing dari anak perusahaan terhadap mata uang asing induk
perusahaan.
- mencatat transaksi mata uang asing
- memperhitungkan efeknya perusahaan terhadap translasi mata uang dan
- berkomunikasi dengan peminat saham asing.
Transaksi
Mata Uang Asing
Kriteria
Mata Uang Fungsional:
Faktor
Ekonomi
|
Mata
Uang Lokal sebagai Mata Uang Fungsional
|
Mata
Uang Induk Perusahaan sebagai Mata Uang Fungsional
|
Arus
Kas
|
Menggunakan
mata uang local dan tidak berpengaruh terhadap arus kas
|
Berpengaruh
secara langsung terhadap arus kas dan dikembalikan ke induk perusahaan
|
Harga
Jual
|
Sangat
tidak peduli dengan tingkat perubahan nilai tukar dan diatur oleh kompetisi
local
|
Responsif
terhadap perubahan nilai tukar dan dilakukan oleh kompetisi internasional
|
Harga
Pasar
|
Kebanyakan
pada negara adidaya dan menggunakan mata uang local
|
Kebanyakan
pada negara induk dan menggunakan mata uang negara induk
|
Anggaran
Biaya
|
Sering
terjadi pada daerah local
|
Sangat
berkaitan dengan faktor produktif yang diberikan dari induk perusahaan
|
Keuangan
|
Menggunakan
mata uang local dan dilayani oleh operasional local
|
Diberikan
oleh induk perusahaan atau bergantung pada induk perusahaan agar memenuhi
kewajiban jangka panjang
|
Internal
Perusahaan
|
Jarang,
tidak ekstensif
|
Sering
kali dan transaksi yang ekstensif
|
Perspektif
Transaksi Tunggal
Pada
transaksi tunggal, penyesuaian nilai tukar (baik stabil atau tidak) dimasukkan
sebagai penyesuaian terhadap pembukuan transaksi awal dengan alasan bahwa
transaksi dan perjanjiannya merupakan kejadian tunggal.
Perspektif
Transaksi Ganda
Pada
perspektif transaksi ganda, penerimaan piutang mempertimbangkan kejadian yang
terpisah dari penjualan yang memberikan tambahan pendapatan.
TRANSLASI MATA UANG ASING
Metode
Nilai Tukar Tunggal
Metode
Nilai Tukar Ganda
Metode
Current-Noncurrent
Metode
Moneter-Nonmoneter
Metode
Kurs Sementara
KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN
TRANSLASI MATA UANG ASING
Pendekatan akuntansi untuk penyesuaian translasi mata uang asing, yaitu:
1) Penangguhan
2) Penangguhan dan Amortisasi
3) Penangguhan Sebagian
4) Tidak Ada Penangguhan
PENGEMBANGAN AKUNTANSI TRANSLASI MATA UANG ASING
Beberapa perspektif historis tentang akuntansi translasi mata uang asing di Negara Amerika, sebagai berikut:
Pendekatan akuntansi untuk penyesuaian translasi mata uang asing, yaitu:
1) Penangguhan
2) Penangguhan dan Amortisasi
3) Penangguhan Sebagian
4) Tidak Ada Penangguhan
PENGEMBANGAN AKUNTANSI TRANSLASI MATA UANG ASING
Beberapa perspektif historis tentang akuntansi translasi mata uang asing di Negara Amerika, sebagai berikut:
Pra-1965
Praktik
translasi mata uang asing masih dipandu oleh BAB 12 dariAccounting Research
Bulletin No. 43.
1965-1975
Translasi
mata uang asing seluruh pembayaran dan penerimaan mata uang asing pada kurs
saat ini diperbolehkan setelah Accounting Principles Board Opinion No. 6
dikeluarkan pada tahun 1965.
1975-1981
FASB
mengeluarkan FAS No. 8 pada tahun 1975.
1981-Sekarang
GAMBARAN STANDAR NO. 52 / STANDAR AKUNTANSI INTERNATIONAL 21
Translasi
saat Mata Uang Lokal adalah Mata Uang FungsionalProsedur kurs saat ini yang
digunakan adalah:
Seluruh
asset dan kewajiban asing yang ditranslasikan terhadap dolar menggunakan nilai
tukar yang berlaku pada tanggal neraca; akun modal ditranslasikan pada kurs
historis.
Pendapatan
dan beban ditranslasikan menggunakan nilai tukar yang berlaku pada waktu
transaksi, walaupun nilai tukar rata-rata tambahan dapat digunakan untuk
kelayakan.
Keuntungan
dan kerugian dilaporkan dalam komponen ekuitas gabungan pemegang saham yang
terpisah. Penyesuaian nilai tukar tersebut tidak dimasukkan ke dalam laporan
laba-rugi hingga operasional luar negeri telah terjual atau investasi telah
diputuskan tidak bernilai.
FASB mengeluarkan Satetement of Financial Accounting Standards No. 52 pada
tahun 1981.
PERMASALAHAN PERHITUNGAN
PERMASALAHAN PERHITUNGAN
Perspektif
Laporan
Harga
Perolehan
Konsep
Pendapatan
Laba
Terkelola
TRANSLASI MATA UANG ASING DAN INFLASI
Hubungan
terbalik antara tingkat inflasi sebuah negara dengan nilai eksternal mata
uangnya telah ditunjukkan secara empiris. Sehingga penggunaan kurs saat ini
untuk mentranslasikan biaya asset nonmoneter yang bertempat dalam kondisi yang
cenderung berinflasi akan menghasilkan padanannya mata uang domestic jauh di
bawah nilai aslinya.
Evaluasi
dan pemilihan metode translasi mata uang asing.
Metode konversi mata
uang
Diseluruh dunia setidaknya dikenal 4 jenis metode konversi mata uang, yaitu :
Diseluruh dunia setidaknya dikenal 4 jenis metode konversi mata uang, yaitu :
1.
Metode Current/Non current
Metode ini merupakan metode yang paling
tua di antara metode konversi mata uang. Dengan metode ini, semua asset dan
kewajiban lancer dari cabang-cabang perusahaan dikonversikan dalam mata uang
Negara asal dengan kurs saat ini, yaitu kurs pada saat neraca disusun. Sedang
asset dan kewajiban yang tidak lancar (noncurrent),seperti biaya depresiasi,
dikonversikan pada kurs histories, yaitu kurs pada saat asset diperoleh ataupun
pada saat kewajiban terjadi. Oleh karena itu, cabang perusahaan di luar negeri
yang memiliki modal kerja yang dinilai positif dalam mata uang local akan
meningkatkan resiko rugi (translation loss) akibat devaluasi dengan metode
current/non current. Sebaliknya bila modal kerja ternyata negative dinilai
dalam mata uang local berarti terdapat keuntungan (translation gain) akibat
revaluasi dengan metode tersebut. Namun demikian, metode ini tidak
mempertimbangkan unsur ekonomis. Menggunakan kurs akhir tahun untuk
mentranslasikan aktiva lancar secara tidak langsung menunjukkan bahwa kas,
piutang, dan persediaan dalam mata uang asing sama-sama menghadapi risiko nilai
tukar. Hal ini tentu tidak tepat. Sebaliknya, translasi utang jangka panjang
berdasarkan kurs histories mengalihkan pengaruh mata uang yang berfluktuasi
kedalam tahun penyelesaian.
2. Metode Monetary/non monetary
2. Metode Monetary/non monetary
Asset moneter (terutama kas, surat-surat
berharga, piutang, dan piutang jangka panjang) dan kewajiban moneter (terutama
utang lancar dan utang jangka panjang) dikonversi pada kurs saat ini. Sedang
pos-pos nonmoneter, seperti stock barang, asset tetap, dan investasi jangka
panjang, dikonversi pada kurs histories. Pos-pos dalam laporan laba/rugi
dikonversi pada kurs rata-rata pada periode tersebut, kecuali untuk pos
penerimaan dan biaya yang berkaitan dengan asset dan kewajiban non moneter.
Biaya depresiasi dan biaya penjualan dikonversi pada kurs yang sama dengan pos
dalam neraca. Akibatnya, biaya penjualan bisa saja dikonversi dengan kurs yang
berlainan dengan kurs yang digunakan untuk mengkonversi penjualan. Perlu
diperhatikan bahwa metode moneter-non moneter bergantung pada klasifikasi skema
neraca untuk menentukan kurs translasi yang tepat. Hal ini dapat menghasilkan
hasil yang kurang tepat. Metode ini juga akan mendistorsikan marjin laba karena
menandingkan penjualan berdasarkan harga dan kurs translasi kini dengan biaya
penjualan yang diukur sebesar biaya perolehan dan kurs translasi histories.
3. Metode temporal
3. Metode temporal
Dengan
menggunakan metode temporal, translasi mata uang merupakan proses konversi
pengukuran atau penyajian ulang nilai tertentu. Metode tidak mengubah atribut
suatu pos yang diukur, malainkan hanya mengubah unit pengukuran. Translasi
saldo-saldo dalam mata uang asing menyebabkan pengukuran ulang denominasi
pos-pos tersebut, tetapi bukan penilaian sesungguhnya.
Metode ini merupakan modifikasi dari
metode moneter/non moneter. Perbedaannya, dalam metode moneter/non moneter,
persediaan (inventory) selalu dikonversi dengan kurs histories. Sedang dalam
metode temporal, persediaan umumnya dikonversi dengan kurs histories, namun
bisa saja dikonversi dengan kurs saat ini apabila persediaan tersebut dicatat
dalam neraca dengan nilai pasarnya. Secara teoritis, metode temporal lebih
menekankan pada evalusai biaya (histories ataukah pasar). Pos-pos dalam laporan
laba/rugi umumnya dikonversi dengan kurs rata-rata pada periode laporan. Sedang
biaya penjualan, cicilan utang, dan depresiasi yang berkaitan dengan pos-pos
dalam neraca dikonversi dengan kurs histories (harga di masa lalu).
4. Metode Current rate
4. Metode Current rate
Metode ini merupakan metode yang paling
mudah karena semua pos neraca dan laba/rugi dikonversi dengan kurs saat ini.
Metode ini direkomendasi oleh Ikatan Akuntan Inggris, Skotlandia, dan Wales,
serta secara luas digunakan oleh perusahaan-perusahaan Inggris. Dengan metode
ini, bila asset yang didenominasi dalam valas melebihi kewajiban dalam valas,
suatu devalusai akan menghasilkan kerugian. Variasi dari metode ini adalah
mengkonversi semua asset dan kewajiban, kecuali asset tetap bersih yang
dinyatakan dengan kurs saat ini.
Transaksi dengan mata uang asing
Transaksi dengan mata uang asing
Ciri
utama yang istimewa dari sebuah transaksi mata uang asing adalah penyelesainnya
dipengaruhi dalam suatu mata uang asing. Jadi, transaksi dalam mata uang asing
terjadi pada saat suatu perusahaan membeli atau menjual barang dengan
pembayaran yang dilakukan dalam suatu mata uang asing atau ketika perusahaan
meminjam atau meminjamkan dalam mata uang asing.
Suatu
transaksi mata uang asing dapat berdenominasi dalam satu mata uang, tetapi
diukur atau dicatat dalam mata uang yang lain. Untuk memahami mengapa hal ini
terjadi, petimbangkanlah pertama-tama istilah mata uang fungsional. Mata uang
fungsional sebuah perusahaan diartikan sebagai mata uang lingkungan ekonomi
yang utama dimana perusahaan beroperasi dan menghasilkan arus kas. Jika suatu
operasi anak perusahaan luar negeri relative berdiri sendiri dan terintegrasi
dalam Negara asing (yaitu sutau anak perusahaan yang menghasilkan produk untuk
distribusi setempat), umumnya akan menghasilkan dan mengeluarkan uang dalam
mata uang local (Negara-negara domisili). Dengan demikian mata uang local
(contoh euro untuk anak perusahaandari suatu perusahaan AS yang berada di
Belgia) adalah mata uang fungsionalnya.
Untuk
menggambarkan perbedaan antara suatu transaksi yang berdenominasi dalam suatu
mata uang tetapi diukur dalam mata uang lainnya, misalkan sebuah anak
perusahaan AS di Hong Kong membeli persediaan barang dagangan dari Republik
Rakyat Cina yang dibayarkan dalam renmimbi. Mata uang fungsional anak perusahaan
adalah dollar AS. Dalam kasus ini, anak perusahaan akan mengukur transaksi mata
uang asing yang berdenominasi dalam renmimbi ke dalam dollar AS, mata uang yang
digunakan dalam catatan bukunya. Dari sudut pandang induk perusahaan, kewajiban
anak perusahaan berdenominasi dalam renmimbi, tetapi diukur dalam dollar AS,
mata uang fungsionalnya, untuk keperluan konsolidasi
Sumber
:
Choi, Frederick D. S. dan Gary K. Meek. International Accounting. Buku 1 Edisi 6.2010: Salemba Empat.
Choi, Frederick D. S. dan Gary K. Meek. International Accounting. Buku 1 Edisi 6.2010: Salemba Empat.
Kamis, 17 April 2014
Laporan Keuangan Melindungi Investor dan Meningkatkan Kualitas Pasar
Pada
dasarnya Prinsip Transparansi berhubungan dengan kualitas informasi yang
disampaikan perusahaan. Kepercayaan investor akan sangat tergantung pada
kualitas penyajian informasi yang disampaikan perusahaan. Oleh karena itu,
akuntan Manajemen dituntut menyediakan informasi jelas, akurat, tepat waktu dan
dapat dibandingkan dengan indikator yang sama. Untuk itu informasi yang ada
dalam perusahaan harus diukur, dicatat, dan dilaporkan akuntan sesuai prinsip
dan Standar Akuntansi yang berlaku. Prinsip ini menghendaki adanya keterbukaan
dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam penyajian
yang lengkap atas semua informasi yang dimiliki perusahaan. Peran akuntan
manajemen, internal auditor, dan komite audit menjadi penting terutama dalam
hal penyajian informasi akuntansi dalam hal penyajian informasi akuntansi dalam
laporan keuangan perusahaan secara Transparan kepada pemakainya. Sedangkan
prinsip Acuntanbility merupakan tanggung jawab manajemen melalui pegawasan yang
efektif, dengan dibentuknya komite audit. Bapepam mensyaratkan dalam keanggotan
komite audit, minimum sebanyak 3 orang dan salah satunya harus akuntan. Komite
audit mempunyai tugas utama melindungi kepentingan pemegang saham ataupun pihak
lain yang berkepentingan dengan melakukan tinjauan atas integritas informasi
dalam laporan keuangan, laporan operasional serta parameter yang digunakan
untuk mengukur, melakukan klasifikasi dan penyajian dari laporan tersebut.
Untuk alasan itu, profesi akuntan sangat diperlukan dan mempunyai peranan penting untuk menegakkan prinsip
akuntanbilitas.
Perkembangan
bisnis dewasa ini, baik yang dilakukan oleh swasta atau pemerintah, menuntut
optimalisasi output dari sumber daya yang kian terbatas melalui tata kelola
bisnis yang baik.Transparansi dan Akuntanbilitas atas pengelolaan sumber daya
yang terbatas tersebut, adalah hal yang harus dipenuhi, karena lingkungan
bisnis yang kian dinamis dan sekaligus sebagai upaya entitas bisnis meraih
keunggulan kompetitif. Bagi perusahaan yang telah berstatus sebagai perusahaan
yang akan dan telah go public di Pasar Modal, Transparancy dan Acuntanbility
pengelolaan perusahaan merupakan keharusan mutlak yang telah diatur dalam
berbagai regulasi, untuk perlindungan bagi investor di Pasar Modal, disamping
untuk menunjang,keberlangsungan(Sustainability) perusahaan itu sendiri. Laporan
keuangan yang berkualitas dan disajikan secara tepat waktu adalah salah satu
pilar dari prinsip Transparancy.Tercapainya laporan keuangan yang Transparancy
dan Acuntanbility di Pasar Modal Indonesia merupakan tanggung jawab semua pihak
terkait, dan bukanlah semata tugas dan tanggung jawab akuntan publik.
Pihak-pihak yang memiliki kemampuan untuk mendorong terciptanya laporan keuangan yang Transparan dan Akuntanbilitas harus bekerja sama secara sinergis. Pihak-pihak tersebut antara lain:
Pihak-pihak yang memiliki kemampuan untuk mendorong terciptanya laporan keuangan yang Transparan dan Akuntanbilitas harus bekerja sama secara sinergis. Pihak-pihak tersebut antara lain:
- Regulator, yang secara persisten mendorong pengungkapan informasi keuangan yang handal.
- Dewan Standar Akuntansi, yang menentukan standar relevan dan dapat diandalkan untuk industri, khususnya yang berkaitan dengan transaksi-transaksi keuangan yang kompleks.
- Direksi dan Manajemen Perusahaan, yang memiliki pemahaman yang memadai terhadap Standar Akuntansi Keuangan dan secara konsisten menerapkan standar tersebut.
- Organ Pengawas Perusahaan, yang secara efektif menerapkan asas check and balance sehingga tercapai mekanisme pengawasan internal yang efektif.
- Akuntan Publik, yang profesional dalam melakukan audit sesuai dengan Standar Audit yang memenuhi kualifikasi global.
- Komitmen, semua pihak untuk dapat menjalankan fungsi masing-masing secara jujur.
Akuntan publik adalah salah satu pihak yang memegang peranan penting untuk
tercapainya laporan keuangan yang berkualitas di Pasar Modal. Akuntan Publik
bertugas memberikan assurance (menjamin) terhadap kewajaran laporan keuangan
yang disusun dan diterbitkan oleh Manajemen. Assurance terhadap laporan keuangan tersebut, diterbitkan Akuntan Publik
melalui opini akuntan publik. Opini akuntan publik hanya dapat diberikan,
apabila laporan keuangan yang disajikan dan diterbitkan oleh Manajemen telah
melalui proses verifikasi dan pengawasan dari organisasi perusahaan. Oleh
karena itu, kejujuran, kompetensi dan keterbukaan Manajemen dalam memberikan
informasi atas laporan keuangan yang telah disusun merupakan prasyarat dasar
bagi pelaksanaan audit yang memenuhi standar. Institut Akuntan Publik
Indonesia,(IAPI) sebagai organisasi akuntan publik di Indonesia, memegang
prinsip bahwa kejujuran adalah modal dasar dan modal sosial untuk anggota IAPI
dalam melakukan praktik audit. Namun, perlu disadari bahwa akuntan publik hanya dapat melakukan audit sesuai
standar, hanya apabila Manajemen secara sadar, kompeten dan terbuka dalam
mengungkapkan secara jujur seluruh informasi keuangan perusahaan, dan semua
pihak yang kompeten mendorong terciptanya laporan keuangan yang jujur. Agar
menghindari terjadinya opini akuntan publik yang tidak sesuai dengan kenyataan
sesungguhnya. Karena IAPI menyadari bahwa selain kejujuran, juga diperlukan kemampuan
profesional dalam melakukan audit. Oleh karena itu, anggota IAPI mewajibkan
untuk selalu menjaga dan melakukan peningkatan kompetensi secara berkelanjutan
dengan mengikuti Program Pendidikan dan Pelatihan (PPL) secara berkelanjutan
sekurang-kurangnya 30 jam setahun. Dan untuk yang berpraktik di Pasar Modal
sekurang-kurangnya 40 jam setahun. Anggota yang tidak memenuhi jumlah jam
pelatihan yang diwajibkan tersebut, dikenakan sanksi bahkan sampai dengan
pencabutan keanggotaannya. Kewajiban menjaga profesionalitas dalam melakukan
audit adalah bersifat mutlak dan melekat sepanjang yang bersangkutan berpraktek
sebagai akuntan publik, dimanapun akuntan publik tersebut berpraktek di wilayah
Indonesia. IAPI juga berkewajiban untuk senantiasa memberikan pelayanan dan dukungan agar
akuntan publik di Indonesia selalu profesional dan sesuai dengan zamannya.
Namun, untuk mewujudkan kejujuran suatu laporan keuangan, harus ada keterbukaan
informasi keuangan yang berkualitas, dan menjaga kepercayaan investor di Pasar
Modal.
REFERENSI :
(http://akuntanpublikindonesia.com/iapi/index.php?option=com_content&task=view&id=162&Itemid=1).
Langganan:
Postingan (Atom)